Welcome in My Official Blogger lusianachandraputri.blogspot.com

Minggu, 30 November 2014

Ketidakmungkinan yang Selalu Ku Semogakan

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 06.38 0 komentar

Di malam ini..
Seusai menaikkan sepertiga malamku padaNya..
Semua harapan, cita-cita, penyesalan, ucap syukur, segalanya kutuangkan tanpa ragu air mata mengalir membantu mengeluarkan isi hati yang tidak mampu terucap oleh bibir.

Mulai hari ini, dan seterusnya. Aku akan berjuang sepenuhnya dijalan ini. Agar semakin dekat kepadanya. Menjaga hidayah yang turun pada diri ini. Melakukan segala sesuatunya menurut apa yang Kau ajarkan, dan dengan cara yang Kau sukai.

Kau tau? Pernah ada seseorang memperkenalkanku padaMu.. Ia mungkin tak serupawan para dewa-dewa, sifatnya juga tidak sempurna, tetapi hidupnya penuh kesederhanaan, tiap langkahnya terarah kepada jalanMu dan nafasnya rasanya menghembuskan namaMu setiap saat.
Ia teman terbaikku, hingga saat ini pun masih begitu.
Ia ajarkan sedikit-demi sedikit kebaikan.
Ibarat membantu memberi orang lumpuh agar ia dapat berjalan tanpa takut terjatuh membuka gerbang rumahMu.
Ibarat melompat bersama di luar rumahMu meskipun rasa sakit hadir di antara kami karena jatuh bangun ia ingin memberitahu ku indahnya semua yang ada di dalam rumahMu.
Ia juga sempat menujukkan keindahan-keindahan dari nada yang mewarnai dunia saat membaca ayatMu..
Tapi sungguh sisanya adalah keputusan tegasku.

Berikan ia selalu jalan kemudahan menghadapi kesulitannya ya Rabb..
Berikan ia cahaya penerangan saat ia menemui kegelapan ya Rabb..
Jangan diamkan ia berlama-lama dijalan yang salah..
Tegur dia dengan cara yang anggun agar ia kembali pada pribadinya yang begitu manis dan tertaut padaMu.
Aku tau dimasa muda ini kadang semua berbanding terbalik. Keputusan yang salah justru terlanjur terambil saat kita merasa yakin.
Tapi yakinkanlah ia selalau ya Rabb.. Bahwa seterlanjur apapun ia terlanjur menjauh dari kebaikan, tidak ada kata terlambag untuk kembali.

Terima kasih "teman terbaikku", yang kadang terlihat seperti "kakakku" saat bersikap dewasa, yang kadang terlihat seperti "adikku" saat bertingkah kekanakkan, yang kadang terlihat seperti cerminan "ayahku" saat melindungiku, dan kadang terlihat seperti "malaikat" yang diutusNya mengajarkanku dalam kebaikan, dan kadang terlihat seperti musuhku saat kita sama2 di dalam satu ruangan menggunakan seragam putih abu menuntut ilmu.

Kau memerankan 5 peran sekaligus dalam hidupku.. terima kasih.
Semoga kehadiranku juga begitu di kehidupanmu.
Semoga semua sesuai ucapanmu dahulu, bahwa kita akan bersama di jannahNya.
Semoga kau ajarkan ku kebaikan menemui jalan yang paling baik menuju akhirat dan aku ajarkan mu kebaikan mengendalikan dunia ditengah fokusnya berjihad. Sungguh tiada maksud menjauhkan mu dari kebaikan..
Semoga sejauh apapun nanti kita saling mengingat sampai Allah pertemukan kita jika mungkin.

Teman terbaikku, kau adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan.. :)

Selasa, 25 November 2014

Ketika Cermin Menjadi Sahabat Terbaik (Penantian part 2)

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 06.59 0 komentar

Jadi  sebenernya ini "Penantian part 2" soalnya part 1-nya ditulis sama partner penulisku intanseptiana.blogspot.com :P

Pada seuah penantian....
Sahabat terbaik kita ialah cermin. Karena cermin tidak akan tertawa saat kita menangis didepannya.
Dan musuh terberat kita adalah musuh dalam selimut.
Contohnya, untuk menikmati warna-warni pelangi, satu detik kita ingin melihat pelangi pun kita harus menanti hujan tutun terlebih dahulu. Menikmati rinai hujan, menadahkan kepala keatas layaknya pecinta hujan, padahal kita melakukannya supaya airmata yang kita keluarkan tersamar oleh air hujan. Meskipun seusai menikmati penantian hujan itu, kadang beberapa dari kita justru jatuh sakit. Tetapi percayalah, apa yang kita tunggu selama penantian (pelangi) itu pasti hadir. Memberi warna untuk kehidupan kita hingga pada akhirnya kita lupa rasa sakitnya penantian.

Bersabarlah dalam penantian. Karena kesabaran adalah sahabat kebahagian yang hakiki.

Kuatlah dalam penantian. Karena kuat adalah ciri orang yang tak terkalahkan dalam penantian.

Ikhlaslah dalam penantian. Karena ikhlas tidak akan membuat kita menebar apa-apa yang kita korbankan dalam sebuah penantian. Maka ikhlaslah jika Allah mengambil apa yang kita nanti.

Tidak ada penantian yang jalannya diberi kenikmatan yang melimpah. Bahkan airmata selalu siap siaga mengiringi perjalanan bak duri-duri yang memancing kelelahan.

Tetapi dengan penantian ini, kita dipaksa untuk berpura-pura menafik pipi memamerkan senyum termanis. Berpura-pura acuh tak acuh padahal kita hanya tak tahu lagi berekspresi ditengah sakitnya penantian. Berpura-pura membaca ayatNya sambil memohon restu Allah akan penantian ini. Dan berpura-pura diam ditengah perjalanan padahal mungkin sebenarnya kita ingin melempar batu sekencang-kencangnya ke arah apa yang kita nanti agar ia yang kita nanti menokeh ke arah kita dan ia sadar bahwa kita perlu sedikit bantuan untuk mencapai ke arahnya.
Sampai akhirnya kita lupa melakukan semuanyaa dengan "berpura-pura". Kita akan melakukan semua persyaratan penantian panjang dengan tulus.

Karena apa?
Karena Allah tidak akan mengecewakan hambanya (aamiin)
Karena Allah akan memperhitungkan lelah kita (aamiin)
Karena Allah maha mengetahui berapa banyak tetesan murni mata yang jatuh
Karena Allah telah berkemas-kemas kado terindahNya saat kita masih dalam penantian
Karena segala ketidakmungkinan yang selalu kita semogakan akan di aamiinkan oleh Allah
Percaya itu. Percaya selalu.

Tidak seorangpun sukses dalam penantian, kecuali ia yang sabar sebaik-baiknya orang sabar.
Tidak seorangpun menyadari bahwa dirinya dinanti, kecuali ia berfikir jernih dalam kesendirian dan tanoa pengaruh dari oranglain, memikirkan siapa yang selama ini menantinya dengan sabar.
Dan tidak seorangpun merasakan sebuah penantian yang menghasilkan kebahagiaan hakiki, jika ia menukar emas dengan tembaga. Karena ketika kita mencari yang sempurna, kita akan melepaskan yabg terbaik.

Lusiana Chandra Putri. 17 tahun.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Balon-balon Gas

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 08.23 1 komentar

Jangan menjadi balon-balon gas bodoh, yang menerima saja ketika hendak di terbangkan tanpa adanya sebuah ikatan.
Tanpa adanya sebuah ikatan balon-balon bodoh akan merasa di terbangkan bukan untuk di tinggikan keberadaannya, melainkan ia di terbangkan hanya untuk di lepaskan begitu saja.
Ikatan yang di butuhkan tidak harus berupa sipulan tali yang rumit. Ikatan juga tidak harus tampak. Ikatan juga tidak harus di pegang erat oleh sang pemilik balon.
Jangan menjadi balon-balon gas yang mudah pecah ketika di beri asupan angin.
Balon di beri asupan angin agar dapat melambai-lambai tertiup udara bebas memberhentikan tangis anak kecil.
Jdilah balon yang berwarna paling terang.
Maka semua orang akan mudah mengenali balon tersebut dan berlomba-lomba memilikinya.
Jangan menjadi balon yang mau di abaikan dan di pompa hanya untuk di abadikan di sisi-sisi tembok.
Karena lama-kelamaan balon semakin tidak percaya diri dan terus mengecil dan pecah secara otomatis.
Jadilah balon-balon gas yang terjaga dalam ikatan sang pemilik balon.
Jadilah balon-balon gas yang kuat dan tebal agar tidak mudah pecah ketika di tusuk sesekali oleh para pembencim
Jadilah balon-balon gas yang sabar menghadapi udara-udara bebas yang tak jarang merasa panas dan jera berada di dalam balon.
Jadilah balon-balon gas yang banyak di minati, tetapi ingin di miliki oleh 1 pemilik saja.
Karena balon-balon gas yang mempercantik luar maupun bagian dalamnya, harganya jauh lebih mahal.

Jumat, 15 Agustus 2014

"Bisu"kah Aku?

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 06.55 0 komentar

Masing-masing dari kita punya cara sendiri meluapkan kesedihan dan menebar kebahagiaan.
Akhir-akhir ini seperti tidak ada lagi satu insan pun yang dapat mendengar segala keluh dan kesah.
Tidak ada lagi tempat membagi cerita bahagia.
Cerita bahagia kini juga dapat hadirkan tetes air mata.
Semuanya di tanam dan di tuai sendiri.
Memang ia sebaik-baiknya meluapkan kesedihan adalah meluapkannya lewat tangis dalam do'a.
Memang ia sebaik-baiknya menebar kebahagiaan adalah mengucap syukur di dalam hati.
Ternyata ini rasanya menjadi orang "bisu"
Bisu dalam mencurahkan kisah kehidupan kepada khalayak.
Bisu dalam mengungkapkan sesuatu yang harus di ungkapkan.
Ternyata begini rasanya.
Sangat di perlukan ledakan-ledakan energi yang membangkitkan semangat yang membara seperti sebelumnya.
Sangat di butuhkan letupan-letupan hiburan. Tidak harus menggelitik, setidaknya memaksa bibir tersenyum ikhlas.
Saat sedang memaksakan segala sesuatunya sendiri terasa seperti sedang memukul kepala sendiri menembis fikiran membuat urat dalam otak bekerja begitu cepat memicu kerja jantung dan di keluarkan melalui rasa lelah tak kunjung usai.
Saat merasa bahagia terasa seperti menjadi orang satu-satunya di dunia. Tidak ada tempat membagi kebahagiaan. Kebahagiaan sesungguhnya terasa begitu fatamorgana membuat air mata kembali harus menemani kisah bahagia.
Mengapa untuk menghibur orang lain terasa mudah? Seperti orang bisu yang baru bisa bicara, bibir menebar gelak tawa tak berusai.
Tetapi mengapa untuk menghibur diri sendiri terasa sulit? Seperti orang bisu yang meluapkan segala sesuatunya dengan air mata. Tertusuk dalam do'a, tergantungkan dalam sunyi, sukar sekali memecahkan suasana, berbicara satu kata pun begitu berat. Memang benar-benar seperti orang bisu, yang segala sesuatunya di ungkapkan dalam tulisan.
"Bisu"kah aku?

Senin, 11 Agustus 2014

Uang

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 08.28 0 komentar

Manusia adalah makhluk penadang kebahagiaan dibumi.
Beberapa orang menganggap kebahagiaan hanya di dapatkan jika kita mempunyai alat tukar yang banyak, dan bernominal tinggi. Sebut saja uang.
Tetapi beberapa orang juga menganggap tidak harus mempunyai alat tukar itu, kita bisa meraih kebahagiaan yang hakiki.
Memang benar.
Coba sesekali kita merasakan melakukan suatu pemberian tanpa berharap akan imbalan dan tulus, kadang ucapan terima kasih dan pemberian kita di jaga pun sesungguhnya kita telah mendapatkan alat tukar tersebut.
Yang seperti ini akan terus mengabadikan silaturahim.
Jika uang adalah alat tukar yang mutlak, bagaimana seseorang terbuka mata hati serta fikirannya?
Memang iya, beberapa orang melakukan pemberian dengan uangnya. Dan jika kita suatu saat membutuhkannya, kita tentu harus menerimanya.
Tetapi hanya para pelembut hati, para pemurah hati, dan para orang yang tidak silau akan harta-lah yang mengetahui
Mengetahui apakah sang pemberi tulus?
Mengetahui apakah sang pemberi tidak mengharap imbalan suatu saat?
Mengetahui apakah sang pemberi tidak sedang menipu daya kita?
Mengetahui apakan sang pemberi tidak sedang memberi asupan negatif?
Dan lain-lain.
Dari mata sang pemberi jelas tampak membentuk raut-raut wajah manakah yang tulus ikhlas memberi tanpa menebar pemberiannya.
Dari wajah sang pemberi akan memberikan sinyal-sinyal peringatan untuk menolak pemberiannya.
Tetapi apalah arti sinyal-sinyal tersebut apabila masih terkalahkan dengan bayang-bayang nikmat dunia?
Tentu saja kita akan menerima pemberian dari siapa pun tanpa pernah sadar bahwa kebahagiaan yang hakiki sesungguhnya di dapatkan oleh orang-orang yang tidak silau akan harta dengan cara kebersamaan antar sesama.
Bukankah uang dapat menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh?
Bukankah uang dapat membuat seseorang merasa tinggi, atau justru terhina?
Bukankah uang sesunguhnya tidak dapat menetralisir atau meredam peperangan?
Bukankah uang tidak dapat mengembalikan apa yang sudah tertanam di bawah tanah?
Bukankah susah senang bersama keluarga ataupun sesama lebih indah?
Jawabannya adalah "Ya".
Karena harta benar-benar bukan pilihan utama.

Kamis, 07 Agustus 2014

Diam

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 08.07 0 komentar

Diam; pasti ada sesuatu.
Diam; mungkin sedang menetralisir marah.
Diam; mungkin sedang menganggunkan senang.
Diam; mungkin ada hati yang tercambuk di dalamnya.
Diam; mungkin angin sejuk tidak sanggup lagi memasuki kepala menembus otak yang dikuasai oleh puing-puing kehancuran.
Diam; mungkin sedang cemburu yang membuat mata terpaksa memamerkan air mata.
Diam; mungkin saja tempat pengaduan kini hanya dapat mentertawakan.
Diam; mungkin sedang menangis tersedu-sedu membuat nafas tak beraturan.
Diam; mungkin saja seseorang sedang kehilangan cahaya hidupnya.

Sejuta makna yang di miliki diam memang sudah pasti menjadi alasan mengapa lebih memilih berdiam.

Seperti halnya ketika Kumbang yang tidak mampu lagi merayu pengunjung-pengunjung taman.
Ia memilih bersandar di atas batu dan mencurahkan keletihannya kepada batu.
Batu hanya bisa terdiam.
Menghibur Kumbang pun tak bisa, apalagi merangkulnya.
Ia hanya bisa menadahkan air mata Kumbang dan tugasnya hanya mengeringkan tiap tetesan air mata Kumbang yang jatuh di atas batu agar tubuh Kumbang tidak basah air mata.

Sama juga halnya ketika seseorang berlari kencang melampiaskan segala amarah yang terus mengejarnya.
Tak perduli berapa alang-alang yang menghalanginya akan ia tebas demi berteduh dan bersandar pada pohon tua nan lebat.
Ketenangan semakin menemukannya.
Jika kita sering melihat banyaknya bintang di langit, mungkin pertanyaannya sama banyak dengan banyaknya bintang-bintang itu.
Pertanyaan yang di lontarkan dengan nada yang tinggi kepada sang pohon atas segala kesedihannya.
Tetapi apa daya?
Pohon selamanya hanya bisa berdiam.
Merunduk sedikit untuk menjadi saksi bisu tentang helaan nafas yang berbaukan isi hati sesorang pun pohon tidak diberi kesempatan.

Tetapi
Setidaknya batu di taman akan tetap bisa menjadi tempat curahan Kumbang tanpa menghindar, tanpa mampu menggenggam Kumbang untuk sedikit melelehkan segenap kesedihan Kumbang. Bahkan jika kumbang memiliki tangan, batu pasti rela untuk di tenggelamkan dengan cara di lempar oleh Kumbang sedemikian kencangnya ke arah bendungan taman. Sama seperti yang manusia lakukan untuk meredam amarah.

Setidaknya juga pohon tidak akan berlari saat seseorang juga berusaha memasuki hutan-hutan kehampaan untuk mencarinya. Pohon juga tak akan menggeserkan tubuhnya 1cm pun. Agar apa? Agar seseorang yang datang membutuhkannya tetap dapat bersandar, terlelap seiring dengan udara segar dan daun berjatuhan menemani seseorang hingga terbangun.

Editor

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 05.38 2 komentar

Editor..
Apalah artinya video yang terputus-putus tanpa seorang editor.
Apalah artinya foto-foto yang begitu sayang untuk di hapus dalam galeri, tetapi tidak di satukan dalam video oleh editor.
Editor hanya berusaha membuat semuanya menjadi indah mengundang kenangan serta menguak kesan pesan lama kehidupan kita yang dapat menitihkan air mata.
Editor juga hanya berusaha memotong bagian-bagian yang buruk, tentu saja tujuannya agar sesuatu yang di edit terlihat jauh lebih baik.
Ia harus bisa mengabadikan moment terbaik dengan cara memilah bagian terbaik.
Dalam prosesnya, editor mungkin saja kelelahan. Karna terlalu lelahnya, mungkin matanya sering memamerkan air mata di depan sebuah laptop.
Editor bekerja ikhlas memperhatikan detik-demi detik hingga mengurangi jumlah kedipan mata demi menjadikan sesuatu.
Tanpa sifat sabar, editor tidak akan pernah terdorong untuk menyelesaikam pekerjaannya.
Tetapi seperti biasa, salah satu peribahasa "Semut kecil nampak tetapi gajah besar di depan mata tak tampak" menjadi asupan-asupan yang seringkali menyakiti hati para editor. Tak jarang ucapan mereka membuat hati editor sedih tidak menyisakan sebongkah keping-keping penghargaan terhadap dirinya.
Satu detik editor membuat kesalahan, akan terlihat oleh penikmatnya.
Tetapi tahukah kalian? Satu efek, dua efek, ataupun tiga efek pun harus susah payah kami sisipkan di setiap detik demi menyempurnakan tugas kami.
Tetapi, apalah arti seorang editor tanpa kalian, para penikmat karya kami.
Komentar kalian sangat membangun kami menjadi editor yang lebih baik lagi.♡

Selasa, 05 Agustus 2014

Kata Tanah Untuk Langit

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 23.07 2 komentar
Jika aku adalah tanah dan engkau adalah langit..
Kita di ciptakan olehNya sedemikian eloknya namun bukan berarti tanpa perbedaan.
Engkau berada jauh di atas tertutup oleh awan-awan yang menjagamu,warnamu menerahkan bumi, mereka yang berada di atasku sering memujamu dan tatkala menoleh ke atas memberi senyum padamu.
Sedangkan aku berada jauh di bawahmu, terinjak-injak begitu terbelenggu berbanding terbalik denganmu, wahai langit.
Tetapi tahukah engkau, wahai langit?
Aku tahu, engkau menilai mereka yang berdiri di atasku adalah orang-orang yang murni mecintaimu sebagai pengindah semesta.
Mereka yang memujamu, mereka yang mengindah-indahkan wujudmu yang bahkan setiap detik dapat berubah, ternyata tak satu pun dari mereka berlaku jujur padamu.
Aku disini, di bawahmu, jarakku lebih dekat dengan mereka. Tentu aku lebih mengenal siapa mereka.
Tahukah engkau, wahai langit?
Aku sering melihat mereka menadahkan tangan sambil mendengakkan kepala di bawah sinar cahaya birumu, seolah-olah mereka menantikan hujanmu dengan berkata "Aku cinta hujan. Aku suka hujan."
Tetapi tahukah engkau, wahai langit?
Begitu engkau menurunkan air yang begitu deras ke bumi, mereka justru meghindari hujanmu. Mereka malah berteduh di bawah payung.
Bukankah mereka menciptakan dusta bagimu, wahai langit?
Jika mereka benar-bear mencintai hujan, bukankah mereka seharusnya menikmati airmu sambil bergembira?
Tapi lihatlah aku, wahai langit.
Aku hanyalah tanah, aku juga mengagumi langit dalam diamku.
Aku menikmati kering dari panasmu.
Aku menikmati sejuk dari hujanmu.
Semua ciptaanNya mencintaimu. Tetapi satu-satunya ciptaanNya yang tidak pernah mendustakanmu, hanyalah aku, Tanah.
Tunggulah aku dengan sabar, wahai langitku.
Mungkin sebentar lagi aku akan longsor untuk kesekian kalinya dan berubah menjadi butiran-butiran tanah yang akan larut menjadi air di laut.
Dan aku akan menguap di atas udara bebas menembus awan yang selama ini berarak-arak menutupimu, sehingga aku dapat berjumpa denganmu, langitku.

Sabtu, 12 Juli 2014

Peri Kecil dan Pecinta Kitab

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 22.48 0 komentar
Peri kecil, salah satu dan pecinta kitab yang berada di dalam gua yang gelap dan sendirian.

Ia tidak pernah menyesal berada di dalam gua yang gelap, ia hanya khawatir bagaimana jika ia mati dalam kegelapan dan ketakutan dalam gua.

Orang bilang, dengan membaca kitab akan membuat suasana berbanding terbalik dengan suasana saat ini, tapi apa boleh buat.. memegang erat dan membuka untuk membaca kitab pun tidak bisa, gua ini terlalu gelap.

Seringkali ia coba berjalan, dengan penuh harapan menemui cahaya-cahaya untuk membawanya keluar dari gua yang gelap.

Setiap langkah kaki yang ia ambil dalam gua, di dinding-dinding gua begitu banyak tulisan-tulisan berbentuk seperti garis panjang, sambil bertanya-tanya dalam hati "Apakah ini semacam do'a? Ayat Tuhan? Mengapa aku tidak bisa mengartikan tulisan ini? Mengapa tulisan ini menyala-nyala bagaikan cahaya? Jika aku mengikuti alur tulisan ini, apa aku dapat menemui jalan keluar?" mungkin banyaknya bintang-bintang dilangit sama seperti banyaknya pertanyaanku, tidak terhingga jumlahnya.

Ia masih memegang kitabnya.

Sesekali ia coba mendekati tulisan-tulisan yang ada di dinding gua, ia dekatkan telinga ke dinding gua dan terdengar banyak orang teriak memanggil namaku. Bahkan beberapa di antara mereka menyuruhnya untuk keluar dari gua.

Ia ingin membalas teriakan-teriakan diluar sana, tapi untuk apa? Disini cukup gelap, ia tidak bisa menemui jalan pintu keluar, lagi pula mereka mengapa mereka hanya meneriakkan dan menyuruh peri kecil keluar dari gua yang gelap ini? Tidakkah di antara mereka masuk ke dalam gua untuk menyelamatkannya?

Ia lebih memilih diam, mengabaikan teriakan-teriakan di luar sana, menumpahkan segala amarah dalam tangis, dengan berharap suatu saat ada seorang pecinta kitab, atau seperti sosok cahaya, atau bahkan sosok terang dalam gelap yang sesungguhnya membuka pintu gua dan mencarinya untuk membawa pulang.

Mungkin satu tahun lagi, dua tahun lagi, atau mungkin seribu tahun lagi, ia setia menunggu dalam kegelapan...



Rabu, 02 Juli 2014

Tulang Rusuk

Diposting oleh ♕ Lusiana Chandra Putri ♕ di 06.31 0 komentar
Selamat malam saudara-saudariku yang terkasih.
Salam sejahtera.
Sudah lama saya tidak menulis di blog ini hehe.
Maaf jika ada 4 post yang terhapus karena saya rasa isinya terlalu mengarah kepada seseorang.

Jika kita membicarakan tentang tulang rusuk, siapapun pasti tidak pernah menginginkan tulang rusuknya menghilang. Kita pasti berusaha menjaganya, mengenalinya dan tidak lupa untuk mengendalikannya. Ia tidak terlihat, tetapi sadarkah kita bahwa ia bisa membantu kita untuk berdiri dengan penuh semangat menegakkan kepala serta langkah kita? Sayangnya rasa sadar seringkali datang terlambat karena kita mungkin kurang mensyukuri kehadirannya. Sesuatu yang kita sayangkan sudah berarti sebuah penyesalan.
Kepergian bisa saja terjadi karena sebuah kebohongan. Jangan sampai ada kebohongan dalam mengenali seseorang. Sekali berbohong, kita akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan kita. 
Tulang rusuk sejati akan tau kemana ia harus kembali pulang ketika menghilang. Pasti akan selalu ada jalan. Bagaikan burung yang ingin sesekali merasakan udara bebas jauh dari sangkar, suatu saat ia akan kembali ke kandangnya jika ia merindukan ketenangan didalam kandang.
Tidak perlu kita meremehkan dan menghinannya. Ia adalah cerminan diri kita. Bisa jadi, kita tidak jauh berbeda dengannya. 
Tidak perlu meninggikan derajatnya. Anggap saja derajatnya sudah cukup tinggi, justru kita yang harus memantaskan diri.
Tidak perlu belagu dan merasa bisa mengubah sifatnya. Kata guru Agama saya, "Selama ia berwujud manusia, kita tidak akan pernah mengubah dan meminta dia 100% menjadi apa yang kita inginkan".
Jika kita menginginkan yang sempurna, kita tidak akan mendapatkannya. Karena kita sendiri masih banyak kekurangan.
Kita hanya perlu mengenalinya dengan kejujuran, kepercayaan, dan sertakan do'a kita untuknya dan hargai serta syukuri kehadirannya.
Sekali ia pergi, belum tentu ia kembali. Alangkah baiknya saling menjaga, tetapi jangan sampai hawa nafsu menguasai fikiran dan hati kita. :-)


Lusiana.

 

Lusia ♕ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea